CLOSE
Sekolah Lisan: Mewujudkan Lingkungan Sampah Nihil (Zero Waste) dari Sekolah
Kota Mataram

Kota Dan Pemukiman Yang Berkelanjutan


PRAKTIK BAIK TPB

Kota Mataram

Provinsi Nusa Tenggara Barat

TPB 11 Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan

Sekolah adalah pusat strategis untuk pembelajaran dan praktik kebersihan lingkungan. Nilai-nilai kebersihan lingkungan, manfaatnya bagi kesehatan dan aksi iklim bisa ditanamkan melalui berbagai kegiatan dan pembelajaran kepada siswa.

Guna memaksimalkan potensi tersebut, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram menyelenggarakan inovasi pengurangan sampah melalui program “Sekolah dengan Lingkungan Sampah Nihil” (Sekolah LISAN). 

Sesuai dengan nama yang diusung, program ini berupaya untuk membantu penyelesaian permasalahan sampah di Kota Mataram. Pada tahun 2016 atau setahun sebelum program dimulai, volume sampah Kota Mataram mencapai kurang lebih 1.444 m3/hari[1]. Sementara Kota Mataram hanya dapat mengelola 75% sampah setiap harinya. Sisanya akan dibakar atau diserahkan kepada bank sampah[2].

Melalui program Sekolah LISAN, pemerintah kota berupaya untuk membimbing guru dan siswa dalam mengelola sampah secara mandiri di lingkungan sekolah, agar volume sampah yang harus dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA) berkurang. 

Selain itu, program ini juga berupaya untuk membentuk karakter ramah lingkungan pada generasi muda Kota Mataram. 

Berdiri pada tahun 2017, Program Sekolah LISAN dilaksanakan dengan sistem kerjasama antara Bank Sampah Induk (BSI) dengan sekolah yang ingin bergabung. 

Kerjasama tersebut didasarkan oleh Nota Kesepahaman Bersama (MoU) yang menjadi dasar kegiatan program di sekolah. 

Dalam pelaksanaannya, tim DLH terlebih dahulu melakukan kunjungan ke sekolah yang dilanjutkan dengan penentuan sistem pengelolaan sampah yang sesuai. 

Setiap sekolah akan memiliki cara pengelolaan sampah yang berbeda tergantung dari indikator yang dimiliki dan jenis sampah yang dihasilkan. 

Misalnya, sekolah yang menghasilkan banyak sampah dedaunan atau organik disarankan mengelola sampah menggunakan metode lubang resapan biopari menggunakan pipa paralon yang dilubangi dan diisi sampah sisa dapur atau membuat kebun organik. Sedangkan sekolah yang menghasilkan banyak sampah non-organik dapat melakukan kerajinan ecobrick

Setelah menentukan sistem pengelolaan sampah, tim DLH dan BSI akan melakukan sosialisasi pengelolaan sampah kepada guru dan siswa. Sekolah akan mengirimkan laporan kegiatan pengelolaan sampah kepada tim DLH dan BSI setiap tiga bulan sekali.

Menjalankan program Sekolah LISAN diakui membawa banyak keuntungan. Misalnya, banyak sekolah meraih prestasi dalam perlombaan “Sekolah Sehat Tingkat Kota”. 

Sejak mengikuti program LISAN, sekolah banyak menciptakan indikator baru yang diperlukan untuk menjadi sekolah yang sehat. Hal ini menjadi lampiran nilai plus dan berpotensi meningkatkan akreditas sekolah.

Tidak ada persyaratan khusus untuk sebuah sekolah bergabung dalam program Sekolah LISAN karena setiap sekolah pasti memiliki keunikan. 

Berbeda dari program Sekolah Adiwiyata, program Sekolah LISAN dapat diikuti oleh semua sekolah. Program Sekolah LISAN juga tidak mengharuskan sekolah untuk menyiapkan indikator-indikator khusus atau fasilitas tertentu yang dapat merogoh biaya sekolah, seperti yang ditentukan dari persyaratan menjadi Sekolah Adiwiyata.

Sejak tahun pertama pelaksanaan program hingga Januari 2020, tercatat lebih dari 40 sekolah yang bergabung, atau sekitar 4% dari total sekolah di Kota Mataram (TK,SD,SMP,dan SMA). 

Angka ini terbilang sangat sedikit karena penurunan aktivitas siswa di sekolah akibat gempa tahun 2018 dan pandemi COVID-19 yang menyerang sejak tahun 2020. Oleh sebab itu, tim DLH perlu mempertimbangkan bagaimana mengajak sekolah bergabung dalam program LISAN ini meskipun aktivitas belajar-mengajar masih dilaksanakan secara daring dan luring (hybrid)Hal ini bertujuan agar program Sekolah LISAN tetap berkembang meski di masa pandemi. 

Inovasi program Sekolah LISAN memiliki potensi untuk direplikasi di kota lain. Pelaksanaan pengelolaan sampah dalam program LISAN ini mudah dilakukan karena sederhana dan tidak merogoh biaya yang besar. Program Sekolah LISAN secara langsung berkontribusi dalam capaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) nomor 11 yaitu Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan. 

 

Sumber:

Badan Pusat Statistik Kota Mataram. (2017). Rata-Rata Volume Sampah Per Hari (M3), 2015-2017. Mataramkota.bps. Retrieved March 27, 2022, from https://mataramkota.bps.go.id/indicator/152/204/2/rata-rata-volume-sampah-per-hari.html 

Hernawardi, & Djafar, A. (Eds.). (2019, April 21). Produksi Sampah di Mataram capai 400 ton SEHARI: Politik. GATRAcom. Retrieved March 27, 2022, from https://www.gatra.com/news-411469-politic-produksi-sampah-di-mataram-capai-400-ton-sehari.html 

Wawancara dengan I Made Wibisana Gunaksa, SSTP (Kepala Seksi Pengurangan Sampah Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram) pada 2 Februari 2022.

[1] https://mataramkota.bps.go.id/indicator/152/204/2/rata-rata-volume-sampah-per-hari.html

[2] https://www.gatra.com/news-411469-politic-produksi-sampah-di-mataram-capai-400-ton-sehari.html


Kontributor:

Ananda Murti Adyatama

Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah

Yayasan Bina Karta Lestari (BINTARI) Semarang

Junior Technical Officer