Ratusan kota dan kabupaten tersebar di seluruh penjuru Nusantara dengan berbagai macam kondisi geografis, potensi alam, dan karakteristik sosio-demografisnya. Perkembangan setiap daerah ini dan yang membuat daerah tersebut dapat tumbuh lebih pesat daripada yang lain seringkali menjadi bahan diskusi. Sehingga, muncul sebuah istilah bernama booming cities. Bagaimana cara mengetahui sektor-sektor yang potensial dan cara menghitung dan memetakan potensi yang dimiliki daerah-daerah tersebut agar layak diakui sebagai suatu booming city? Lokadata pada hari Rabu, 6 Januari 2021 lalu menyelenggarakan webinar dengan judul Indonesia's Booming Cities dengan tujuan memaparkan hasil laporan Booming Cities yang telah dipublikasikan pada bulan Desember 2020. Berdasarkan definisi yang tertera pada laporan ini, pemeringkatan Booming Cities merujuk pada wilayah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang stabil, dengan kondisi keuangan warga yang “gemuk”, dan tidak memikul beban sosial yang berat. Dengan kata lain, wilayah-wilayah ini merupakan yang paling potensial untuk berkembang dan dikembangkan.
Dr. Drs. Agus Fatoni, M.Si selaku Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemeterian Dalam Negeri (BPP KDN) membuka webinar dengan menjelaskan bahwa visi Indonesia utamanya membahas tentang inovasi sebagai solusi berbagai macam permasalahan yang dihadapi. Inovasi ini tidak hanya diwujudkan sekadar dalam bentuk pengetahuan saja, tapi juga sebagai budaya yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks pemerintahan, inovasi akan mempengaruhi dan berdampak pada reformasi birokrasi, baik pada perubahan reformasi struktural atau perubahan mindset yang tentunya akan berdampak pada penyelenggaraan pemerintahan dan peningkatan daya tarik investasi daerah. Maka dari itu, BPP KDN merumuskan sejumlah indeks untuk mengukur kemajuan dan kemampuan berinovasi daerah di Indonesia untuk dihubungkan dengan fenomena booming cities, salah satunya adalah Indeks Inovasi Daerah yang dibedakan antara kota, kabupaten, provinsi, daerah 3T, dan daerah perbatasan. Dengan adanya beberapa kota atau kabupaten yang dinilai sebagai booming cities, mereka dapat menjadi tolok ukur bagi daerah-daerah lainnya. Sebagai penutup, Pak Agus Fatoni menggarisbawahi bahwa pengawalan pelaksanaan indeks inovasi dapat dicapai melalui sinergi antar daerah, pengukuran peluang investasi di daerah, dan pengadopsian pengelolaan keuangan daerah. Beliau juga menekankan bahwa pelaksanaan inovasi harus didukung oleh data yang kuat dan pelaporan atau pembaruan secara rutin agar inovasi yang dilakukan bisa dimasukkan dalam penilaian. Banyaknya inovasi yang dilakukan daerah tidak menjamin tingkat inovasi daerah yang tinggi, karena BPP KDN melihat inovasi sebagai kegiatan yang sifatnya berkesinambungan.
Pak Herry Gunawan (Periset dan Analis Data Lokadata yang memimpin penyusunan Indonesian Booming Cities) dan Pak Suwandi Ahmad (Chief Data Officer Lokadata) menjabarkan latar belakang penyusunan indeks Indonesian Booming Cities dalam melahirkan pemeringkatan. Mengacu Urban Indicators for Managing Cities oleh Asian Development Bank (2001), laporan ini tidak mengadopsi seluruh indikator karena keterbatasan data yang konsisten dan tersedia secara time-series di seluruh wilayah. Variabel-variabel yang ditemukan lalu dibersihkan dan didikategorisasikan melalui beberapa tahap hingga menjadi tiga sub-indeks: Economic activity Index, Financial Index, dan Social Index. Seluruh proses ini membuahkan booming cities yang terdiri dari 9 kota dan 1 kabupaten. Indeks booming cities ini di samping dapat menjadi referensi pemerintah daerah dalam perencanaan strategis daerah ke depan, indeks ini juga dapat dimanfaatkan oleh dunia usaha dalam melakukan ekspansi bisnis. Sektor basis, yaitu sektor di daerah yang pertumbuhannya stabil dalam 10 tahun terakhir, juga dipertimbangkan dalam pemeringkatan ini. Data-data yang telah terkumpul dan tersortir ini kemudian divisualisasikan menjadi sebuah dashboard koleksi data tentang Indonesia. Melalui dashboard ini, mereka yang membutuhkan informasi dan data yang komprehensif dan runut waktu tentang suatu daerah dapat mengaksesnya untuk proses pembuatan keputusan dan intervensi arah pengembangan, misalnya para perumus kebijakan ataupun pelaku bisnis.
Sebagai salah satu kota yang disebut sebagai booming city berdasarkan laporan Lokadata, Wakil Walikota Tangerang Selatan, Drs. H. Benyamin Davnie, berpendapat bahwa sebagai daerah otonom yang relatif baru, Kota Tangerang Selatan berbatasan dengan kota-kota dengan daya tarik ekonomi, sosial, dan budaya yang kuat secara regional maupun nasional, misal Jakarta Selatan, Depok, dan seterusnya. Sejak 2011, komposisi struktur APBD Kota Tangerang Selatan terus dipertahankan selama dua periode jabatan Wali Kota dan Wakil Wali Kota untuk mengintervensi 3 prioritas utama pembangunan yang mencakup bidang pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Hingga saat ini, PDRB Kota Tangerang Selatan per kapita tercatat mengalami kenaikan, utamanya ditopang oleh sektor real estate, perdagangan, dan informasi dan komunikasi. Apabila melihat indeks sosial; angka kemiskinan, tingkat pengangguran terbuka, dan rasio ketergantungan menurun selama 2015–2019. Selama periode 2017–2019, pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang Selatan jauh di atas kinerja ekonomi nasional. Pak Benyamin Davnie menegaskan beberapa poin penting agar Kota Tangerang Selatan tetap menjadi sebuah booming city: menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi secara inklusif; menekan tingkat kemiskinan dan pengangguran; mengembangkan sektor potensial; dan memerhatikan perubahan lokal, nasional, dan global dalam mengelola kota.
Bagi Rektor Perbanas Institute Jakarta, Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec., laporan ini sangat bermanfaat dan mengacu pada sumber-sumber yang kredibel. Booming cities juga mirip dengan teori regional growth center yang menjelaskan bahwa kota-kota yang booming ini berperan sebagai pusat pertumbuhan wilayah. Analisis sosial, ekonomi, dan budaya yang terkandung dalam laporan ini dapat digunakan untuk mencari tahu potensial dan hambatan yang dimiliki setiap daerah yang berkembang. Namun, beberapa kekurangan dari laporan ini adalah seluruh 10 booming cities ini masih terpusat pada wilayah Jawa-Bali sehingga perlu adanya klasterisasi yang lebih inklusif berdasarkan perbedaan infrastruktur, kesiapan SDM, dan faktor-faktor lainnya yang berperan dalam pertumbuhan wilayah agar dapat memandang pertumbuhan daerah secara apple-to-apple. Analisis indeks-indeks di dalam pemeringkatan booming cities bisa lebih diperluas lagi untuk menggambarkan informasi yang dapat digunakan sebagai parameter tambahan bagi pengguna data, terutama di aspek kualitas SDM. Laporan ini juga belum memperhitungkan analisis tentang keberlanjutan lingkungan dan yang pembahasan tentang pencapaian 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Semakin maraknya proses transformasi digitalisasi di masa kini membuat tersedianya data-data yang lengkap di daerah menjadi sangat penting.
Sebagai pelaku usaha terutama di bidang ritel sekaligus Ketua Umum APRINDO (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia), Roy Nicholas Mandey, sangat mengapresiasi laporan ini karena di samping membantu pemerintah dalam merumuskan rencana strategi daerah, tetapi juga para pelaku usaha di Indonesia. Keterbatasan data yang akurat dan aksesibel masih menjadi tantangan selama ini. Kegiatan investasi bersandar pada akurasi data sebagai dasar melakukan kegiatan bisnis, misalnya data tentang laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, PDB berbagai sektor, dan seterusnya. Pembangunan, pembukaan gerai, penyerapan tenaga kerja, pelaksanaan kegiatan perdagangan selalu dimulai dengan investasi yang membutuhkan perhitungan bisnis secara detail. Di samping itu, usaha ritel perlu untuk tidak hanya bertahan saja, tetapi juga harus tumbuh atau ekspansi agar dapat menampung usaha-usaha yang lebih kecil agar tetap hidup karena ritel-ritel ini menyerap produk-produk UMKM, terutama di masa pandemi. Di samping menjadi penyerap tenaga kerja, ritel juga berperan untuk menjaga ketersediaan barang dan kestabilan harga. Ritel menerapkan harga eceran tertinggi sebagai indikator harga terbaik bagi masyarakat untuk menjaga inflasi. Sehingga, data yang akurat sangatlah penting untuk dikembangkan lebih lanjut ke kota-kota lain. Harapannya, data-data ini dapat tetap bersifat independen, transparan, dan bisa disosialisasikan dan dipropagandakan agar bisa digunakan sebagai rujukan dan referensi untuk kepentingan yang lebih luas.
Data menjadi sumber daya yang perannya menjadi semakin esensial di era pembangunan ini, terutama karena ketersediaan data akan sangat membantu proses pembangunan yang efektif dan efisien. Meskipun Lokadata menjadi salah satu pionir penghimpun data yang komprehensif dan informatif, laporan Indonesia’s Booming Cities ini masih tendensius semata ke pertumbuhan ekonomi di wilayah dan jauh dari pembahasan yang mendorong tercapainya tujuan pembangunan yang berkelanjutan. Kurangnya perhatian kepada daya dukung lingkungan dan komponen lingkungan perkotaan akan menyebabkan pertumbuhan yang tidak memerhatikan keseimbangan ruang: pertumbuhan ekonomi, kesetaraan sosial, dan keberlanjutan lingkungan. Di samping itu, kesuksesan pencapaian 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) juga sangat berkaitan erat dengan aksesibilitas data yang valid dan akuntabel. Melalui data, para pembuat kebijakan dapat mengetahui dengan pasti daerah-daerah mana saja di Indonesia yang perkembangannya secara sosial, ekonomi, dan budaya sudah berada di jalur yang tepat untuk tahun 2030. Adanya parameter dan indikator yang setara, runut waktu, dan komprehensif antar daerah akan membantu mengidentifikasi celah-celah pembangunan di setiap daerah sehingga daerah-daerah yang masih tertinggal dan belum berkembang secara baik dapat diberikan bantuan yang tepat sasaran. Sebagai contoh, penyediaan infrastruktur yang merata atau lapangan kerja yang mencukupi untuk memitigasi angka pengangguran dan kemiskinan akan dapat tercapai secara efektif apabila didukung oleh data yang dikelola dengan baik.\
Referensi:
[1] Lokadata. 2020. Booming Cities Indonesia 2020. Diakses dari https://lokadata.id/form/booming-cities-indonesia-2020
Kontributor: